Pura Bukit Sari |
Ngomongin soal pura bukit sari, memang tidak akan lepas dari hewan kesayangannya Hanoman (itu loh, superhero yang ada di wiracerita Ramayana). Keberadaan mereka diyakini menjaga kelestarian hutan dan pura bukit sari ini.
Pertama masuk ke kawasan ini, ada patung cukup besar “rahwana sedang dikeroyok kera-kera”. Dan disekitar situ ada banyak bapak-bapak duduk, ajak salah satu mereka untuk berkeliling dan menceritakan sejarahnya. Mereka guide lokal di daerah ini. Jangan lupa kasih uang tips atau gunakan jasa pemotretan yang mereka tawarkan untuk kesejahteraan hidupnya. hehe
Patung "Rahwana sedang dikeroyok kera" diambil dari wiracerita Ramayana |
Kalo di lihat dari namanya, pura bukit sari terlihat aneh. Dimana terletak di daerah dataran biasa saja bukannya terletak di daerah bukit. Dari cerita yang ada, dulunya hutan pohon pala ini terletak di lereng gunung agung. Karena keinginan seorang putri untuk di pindah ke kerajaan mengwi, maka hutan yang awal nya di lereng gunung agung itu bergerak ke arah barat menuju ke kerajaan Mengwi pada malam hari. Dan di saat hutan masih dalam perjalanan, hari sudah keburu siang hingga ada orang yang melihat dan mengakibatkan hutan tidak bisa bergerak lagi yang posisi nya tepat berada di sangeh seperti sekarang ini.
Nama sangeh juga berawal dari kejadian itu. “Sang” yang berarti “orang” dan “Ngeh” berarti “melihat”. Jadi sangeh berarti ada orang yang melihat. Percaya atau tidak, inilah legenda dan memang di sekitaran sangeh tidak terdapat pohon pala seperti yang tumbuh di Hutan Pura bukit sari ini.
Patung Garuda |
Bangunan di Pura Bukit Sari |
Mengenai kera-kera yang menjadi penghuni Hutan di pura bukit sari, ada legenda juga menceritakan bahwa kera-kera ini dulunya adalah prajurit-prajurit yang kelelahan dan jatuh bersama puing-puing gunung yang di pakai Hanoman untuk menghimpit Rahwana dalam wiracerita Ramayana. Hingga akhirnya tumbuh dan berkuasa seperti sekarang ini. Mereka juga hidup berkelompok layak nya manusia.
Dulunya kera-kera di sangeh terkenal jahil (katanya), mengambil barang bawaan pengunjung seperti di Pura Uluwatu. Tapi karena kera-kera disini sudah cukup terurus dengan baik, maka kera-kera ini sudah cukup jinak dan bisa di ajak foto-foto bareng. Banyak guide lokal yang sekaligus menjajakan jasa pemotretan langsung jadi disini seperti yang saya bilang duduk-duduk di dekat patung rahwana. Biasa nya mereka membawa makanan untuk mengajak foto bareng kera-kera. Mereka juga bersedia memfoto menggunakan kamera bawaan anda, yang mungkin bisa di upload di facebook atau anda jadikan bahan hasil uji kemiripan wajah. Hehehe
Pohon pala, ya.. inilah pohon yang memenuhi kawasan ini. Pohon nya tumbuh tinggi dan lurus. Di sekitaran sangeh, tidak ada pohon pala yang tumbuh seperti di kawasan ini. Mirip pohon-pohon pala di lereng gunung agung seperti yang di legendakan diatas.
Selain pohon pala, ada pohon yang cukup unik. Yaitu pohon Lanang-Wadon, seperti namanya yang berarti pohon laki-laki dan perempuan. Ada petunjuk jalan menuju ke tempat pohon ini berada melewati pohon-pohon pala yang tumbuh tinggi dan juga kawanan-kawanan kera yang menghadang dijalanan setapak menuju ke tempat pohon lanang-wadon. Awalnya, saya kira ada dua pohon. Karena bernama lanang dan wadon. Tetapi setelah saya lihat, ternyata cuma ada satu pohon saja. Dan dilihat dari bentuk fisik, pohon ini sudah cukup berumur tua. Entah kapan pohon ini tumbuh dan pupuk apa yang digunakan saya tidak tahu.. hehehe. Yang unik dari pohon ini adalah bagian pangkal nya, ada yang membentuk layaknya manusia tetapi memiliki dua kelamin lanang dan wadon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar