Jadi begini, setelah saya
mendapat kabar bahwa di bali ada sebuah pulau kecil yang menjadi tempat favoritnya para penyu untuk bertelur secara alami dan mempunyai kekayaan hayati laut
lain nya. Saya pun tertarik dan meng-agendakan pergi melihat pulau yang juga
disebut-sebut pulau penyu tersebut. Tetapi pulau tersebut sudah hampir rusak
karena dampak dari keserakahan industri pariwisata.
Nama nya pulau Serangan. Terletak
sekitar 15 km sebelah tenggara kota Denpasar, pulau ini bisa dijangkau selama kurang
lebih 30 menit dari kota denpasar dan berada di sebelah selatan pantai sanur.
Cukup mudah untuk menemukan pulau ini, tinggal pacu saja kendaraan melalui by
pass ngurah rai. Petunjuk jalan juga sudah cukup jelas kok karena keberadaan
pura Sakenan di pulau serangan ini. Pura sakenan adalah salah satu pura yang
cukup terkenal di bali karena sejarah nya. Tidak seperti bayangan saya sebelum
nya, bahwa untuk mencapai sebuah pulau dari pulau lainnya kita harus
menggunakan perahu ataupun kapal laut (jalur laut). Ini tidak, sebuah jembatan
megah telah berdiri kokoh dan menjadi awal kerusakan dari pulau serangan ini. Dulu
nya saat masih belum ada jembatan yang menghubungkan pulau serangan dan pulau
bali, orang-orang beragama hindu yang mau beribadah ke pura sakenan waktu itu
harus menggunakan perahu untuk sampai ke pulau serangan. Itu sih katanya, orang
saya juga tidak tau kalo dulu pulau serangan itu begitu menakjubkan. Tau nya
yaa begini, sudah hampir rusak. Asyik yaa dulu bisa ber-perahu ria sambil jalan-jalan
kesana.
salah satu pantai di P.Serangan |
Dulu, rencana nya pulau serangan
itu mau dijadikan semacam pulau impian dengan fasilitas pariwisata yang megah
seperti hotel, lapangan golf, lagoon, dan fasilitas pendukung lainnya. Sebelum
akhir nya mangkrak akibat krisis ekonomi pada waktu itu. Namanya BTID (bali
turtle island development). investor yang mengatasnamakan insdustri pariwisata, yang kabarnya salah satu pemiliknya adalah keluarga Cendana.
Salah satu langkah dari proyek
tersebut, adalah memperluas pulau tersebut. Gila, artinya telah dilakukan
pengerukan pasir disekitaran pulau dan penimbunan pantai (reklamasi) yang
justru merusak ekosistem laut di pantai serangan ini.
jalanan di P.Serangan yang gersang |
Setelah melewati jalanan kecil
nan berdebu itu, akhirnya sampai juga saya ke pantai nya. Pantai nya buaaguss
(bahasa nya emang dibuat lebay), bersih. Menurut pak penjaga tadi,
didaerah-daerah seperti inilah yang masih dilindungi dan memang dijaga
kebersihan nya. Tapi kok sepi ya, ngerasa seperti bukan di bali yang banyak
akan bule-bule nya. Apa mungkin karena mereka banyak yang belum tau atau
mungkin tidak tertarik, karena sudah tidak seperti yang dulu lagi (nah,
yang ini bahasanya seperti lagu).
Setelah beberapa lama memanjakan
mata dan lensa kamera disitu, saya pun melanjutkan perjalanan ke lain tempat
yang masih dalam satu lingkup pulau kecil itu. Masih tanpa petunjuk jalan, jadi
harus mengira-ngira sendiri dan ketajaman perasaan saya pun di uji. Kayak nya
kesana, kayaknya kesini. Kata-kata semacam itulah yang memenuhi pikiran saya
waktu itu. Kemana pun saya melaju, tersesat pun saya akan sampai di pantai dan
tidak akan keluar dari pulau ini. Jembatan nya hanya satu yang saya lewati pas
waktu pertama datang itu. Luasnya pun hanya sekitar 1 km dengan panjang yang
kurang dari 3 km. itu tanpa saya ukur sendiri karena tidak bawa meteran, jadi
pakai perkiraan saja J.
pantai di P.Serangan yang dangkal |
Puas disitu, lanjut lagi melewati
daerah pemukiman. Nah, disini ada pemukiman orang2 bugis yang menjadi cikal
bakal nama pulau serangan ini. Konon, pelaut-pelaut bugis yang dulu sering
mampir dan meminta minum di pulau ini, terkena “sire angen” yang artinya
memiliki rasa sayang dan kangen akan pulau serangan. Merasa betah di pulau
serangan, mereka akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal dan berkembang-biak
(ehh, beranak-pinak) di pulau serangan dan hidup harmonis berdampingan dengan
warga asli serangan yang memeluk agama hindu, sedang orang2 bugis itu memeluk
agama islam.
salah satu pura di komplek pura Sakenan |
Nah, dengan keadaan pulau
serangan yang seperti sekarang ini. Akankah dengan saya berkunjung ke pulau
serangan ini saya dan yang lainnya akan terkena “sire angen” seperti
pelaut-pelaut bugis dulu?
tekhnologi adakalanya memang diperlukan untuk perkembangan pariwisata, tapi tetap harus berpihak pada kelestarian alam
BalasHapusSALAM LESTARI..!
tambah pinter wae nulise
salam lestari..
BalasHapusya bank,, terima kasih sudah membaca. :)